BEM FKH UNSYIAH

SEBUAH TULISAN ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA TERCINTA

Mengenai Saya

Foto saya
bem fkh unsyiah merupakan lembaga tertinggi mahasiswa yang berada di fakultas kedokteran hewan universitas syiah kuala, jabatan struktural ketua umum ari ramadhan sekum vici imshar bendum nanda putri humaira

Cari Blog Ini

Rabu, 14 Juli 2010

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN BIDANG KESEKRETARIATAN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA PERIODE 2009-2010

I. Pendahuluan
Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang Memiliki Kekuasaan di langit dan bumi. Kami bersaksi bahwa tiada ilah yang layak disembah kecuali hanya Allah, Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung akhir zaman, Nabi Besar Muhammad SAW, Sang Revolusioner Dunia yang telah mengubah manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Mahasiswa secara umum dan keseluruhan adalah sebuah komponen yang dituntut untuk menghasilkan sebuah kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan bangsa kedepan. Karakter yang terbentuk dari mahasiswa tidaklah terbentuk dengan sendirinya, tetapi haruslah benar – benar dilatih dan diasah sedemikian rupa, sehingga menjadi seorang mahasiswa yang berskill dan beriptek serta mempunyai sifat mental yang baik untuk menghargai daerah dan universitas yang menjadi almamaternya.
Banyak sekali fenomena yang kita lihat saat ini, dimana kondisi generasi muda khususnya mahasiswa yang sebenarnya mempunyai potensi diri yang terpendam tetapi tidak dimanfaatkan sebaik–baiknya. Hal itu dapat disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya baik secara internal maupun secara external.
Badan Eksekutif Mahasiswa. FKH Unsyiah sebagai komunitas yang terus berupaya membangun sosoknya sebagai barisan intelektual yang cerdas, objektif , kuat dan menghargai nilai–nilai budaya daerah, merasa berkepentingan untuk mengisi salah satu agendanya yang ditujukan untuk peningkatan kualitas perguruan tinggi serta lulusannya.
Dengan melihat itulah bidang kesekretariatan telah mampu membantu segala kegiatan yang dilaksanakan oleh BEM FKH.



II. Program Kerja
Adapun program kerja dari bidang penelitian dan pengembangan adalah :
1. Pendataan Inventaris BEM
2. Penyusunan Surat masuk dan keluar
3. Pembelian Inventaris
4. Pengadaan ATK
5. Pengadaan alat kebersihan

III.Realisasi Program Kerja
Adapun program kerja yang alhamdulillah telah selesai kami laksanakan adalah:
Nama program : Pendataan, inventaris BEM
Tujuan : Mengetahui barang barang yang dimiliki BEM FKH
PJ : Novan A
Hasil yang dicapai : Komputer 2 unit, Printer 2 unit, Meja 1 unit, Dispenser 1 unit, sapu rumah 1 unit, kipas angin 2 unit, baju olah raga 2 set
Tempat : Kantor BEM FKH
Waktu Pelaksanaan : july 2010

Nama program : Pengadaan inventaris BEM
Tujuan : Menambah Inventaris BEM FKH
PJ : Novan A
Hasil yang dicapai : Komputer 1 unit, Printer 1 unit, Meja 1 unit, Dispenser 1 unit, sapu rumah kipas angin 2 unit,
Tempat : Kantor BEM FKH
Waktu Pelaksanaan : july 2010

IV. Faktor Pendukung
1. Izin dari Allah SWT
2. Sambutan dan dukungan dari presidium
3. Dukungan dana yang cukup baik dari internal maupun luar
4. Semangat, soliditas dan solidaritas dari sesama anggota.


V. Faktor Penghambat
1. Tidak semua anggota yang aktif.
2. kurang serius dalam menjalankan amanah
3. Masih adanya anggota yang sibuk diluar apakah di organisasi lain maupun sibuk kuliah.
4. Acara yang kadang beradu dengan jadwal kuliah dan ujian.

VI. Pengurus Bidang minat dan bakat
No. Nama Jabatan
01. Novan Andrian Kabid
02. Irnanda R Wabid
03. Rosalia Sekbid
04. Dwi fefridayanti Staff
05. Maikhar gita Staff
06. Rohaya Staff

VII. Penutup
Akhirul kalam, kami memohon maaf atas segala kesalahan dan terima kasih kepada rekan-rekan semua yang telah membantu bidang Kesekretariatan baik moril maupun materil. Semoga kita semua senantiasa diridhai oleh Allah SWT dan mendapat balasan yang setimpal dengannya.
Darussalam, 10 juli 2010
Bidang Sekret

Ketua


Novan A Sekretaris


Rosalia

Minggu, 07 Maret 2010

jadi dokter "gak perlu pintar"

maaf mungkin ada yang tersinggung atau anda sedikit mengerutkan dahi tentang judul diatas, ya itulah yang terjadi selama ini,,,
orientasi pendidikan pada uang bukan pada kualitas dan kuantitas,
tanpa di sadari akan semakin banyak korban yang berjatuan akibat ini,,
mungkin bangsa ini masih membutuhkan banyak dokter untuk membantu kesehatan anak anak bangsa tapi apakah dengan jalan komersialisasi jawabannya??
program ekstensi, mandiri, atau apalah namanya yang nantinya akan melahirkan dokter yang berorientasi pada uang, percaya atau tidak bayangkan dengan uang ratusan juta maka mereka akan menduduki bangku kuliah untuk menikmati indahnya gengsi seorang calon dokter dengan berpenampilan serba mewah di tambah dengan orang tua yang kebanyakan memutar mutar uang rakyat,
ya,, FK fakultas keuangan,fakultas keluarga, fakultas korupsi mungkin plesetan yang sering terjadi dan sudah menjadi rahasia umum, fakultas yang kebanyakan bisa di isi oleh orang yang ber kantong tebal bukan berkacamata tebal, entah bagaimana nasib kesehatan indonesia jikalau program ini terus di jalankan,,
belum lagi dengan program 5 tahun selesai dengan standart yang berbasis kompetensi, entah apa perbandingannya hingga berani mengambil jalan ini,,
mempercepat fakultas melahirkan dokter2 muda yang katanya siap terjun di masyarakat dengan kualitas pas pasan atau di paksakan,,
tujannya apakah untuk menambah pemasukan uang baru atau apa??
maaf mungin jikalau ada yang tersinggung tapi sadarkah kalian para manusia penyambung tangan tuhan bahwa secara tidak langsung hidup kami ada di kalian, apakah kalian tidak takut dengan moralitas yang menghantui kalian??
bayangkan saja jika untuk masuk saja menghabiskan dana hingga ratusan juta untuk sebuah kebanggaan saja??
bukan dari sebuah dasar kemampuannya??
pendidikan adalah investasi yang paling menguntungkan dalam kehidupan,
dan pertanyaannya bukankah nantinya kalian yang menghabiskan ratusan juta itu berusaha mengembalian uang kalian dan mungkin lebih dengan segala cara kalian??
inilah mungkin akan melahirkan generasi kesehatan yang berorentasi pada uang
bukan pada peningkatan kemampuan skill untuk memperbaiki kinerja kesehatan dan siap turun tanpa pamrih untuk meyelamatkan anak bangsa yang membutuhkannya,,,
kita semua butuh sehat
kita juga butuh pelayan kesehatan
tapi bagaimana jika pelayan kesehatan sekarang memiliki bayaran tinggi??
kapan bangsa ini mau sehat saudara??
memang untuk menghidupi sesuatu dibutuhkan uang
tak salah memang,,
tapi mungkin kalian lebih sepakat dengan kesehatan itu mahal bukan?
dan sayangnya mengobati dan menjaga kesehatan itu ternyata lebih mahal, tulis resep, periksa kanan kiri, pegang-pegang 50 ribu dan bahkan hingga ratusan ribu,,
bayangkan saja jika setiap hari ada 10 orang saja datang bukankah lumayan hasilnya??
tak heran mungkin banyak masyarakat yang mengandalkan tenaga medis di luar indonesia, yang pasti jawabannya jelas sudah kualitas kapsitas dokter yang mumpuni dan pelayanan yang luar biasa di berikan..
lantas kapan bangsa menilai dan menyadari bahwa kemampuan itu gak diukur dengan materi,,
bukankah program pengkebirian dengan percepatan menjadi tenaga medis itu membahayakan nasib orang banyak??
belum lagi dengan "program kemampuan otak tak mampu tapi kemampuan uang nomor satu"
atau ekstensi atau mandiri apalah itu namanya,,,,
apa yang akan dilahirkan??
apa itu menjamin kualitas seorang tenaga medis yang baik???
lantas untuk apa susah2 ikut ujian saringan masuk snptn,spmb, apalah itu kalo ujung2nya orientasinya ke materi juga,,,
ada baiknya juga mungkin bagi mereka yang mendambakan gelar itu di namanya,
entahlah
semua masih punya rahasia di dalamnya,,
semoga kalian yang merasa ada di dalamnya
cobalah berfikir untuk lebih dalam, lebih faham, bahwa kalian itu hanya pelayan kesehatan
abdikan diri kalian pada bumi pertiwi bukan pada bagaimana kalian mengembalikan uang yang telah kalian habiskan semasa kuliah nantinya,,,,
yang terlanjur sudah;ah dan semoga ada sebuah kesadaran untuk memperbaikinya,,,,
semoga bangsaku semakin "sehat" hingga bisa berdiri tegak.....

mahasiswa indonesia

Dimulai dari sebuah niat suci untk yg katanya "perubahan" ya itulah janji semua orng yg ingin memimpin,,
entah "perubahan" yg bagaimana ia artikan,
perubahan dri sendri jga perubahan namanya
namun apakah ia benar menuangkan nilai perjuangan didalamnya?
Janji manis seorang pemimpin termasuk saya yg akhrnya tanpa disadari membuat kata2 yg disebut munafik, pembohong, atau semacamnya,, menarik kalo kita pernah mendengar kata2 salah satu wakil rakyat kita
"saya dulu pernah seperti anda
dan anda yg belum pernah seperti saya"
makna yg luar biasa,
meski sedikit sombong, tpi pahamilah bahwa bgitulah mahasiswa sekarang,
meneriaki sistem, trus mengharapkan "perubahan" tanpa ada sebuah solusi,,
sadarkah kita apa yg tlah kita perbuat untk bangsa?
Kalo blum ada ngepain nuntut2 yg gak jelas,
bukankah sebaiknya memberi bukti pada masyarakat bahwa perjuangan mahasiswa itu bukan hanya aksi semata,
dan sadarkah kita bahwa aksi itu hanya membuat oposisi lain tersenyum lebar,,?
Dan bandingkan jikalau waktu dan pengorbanan itu di alihkan ke bentuk pengabdian yg nyata
membangun desa, membwt pelatihan, mengajar gratis
bukankah lebih bermanfaat?
Lebih terasa ke rakyat,,
sadarilah teman bahwa pengorbanan itu gak harus di tunjukkan dgn kritikan yg menjerit2,
bakar membakar,
atau dorong mendorong,
apa kita harus terlena dgn perjuangan 98
yg "katanya" mhsiswa menggulingkan pemerintahan,
dan ternyata?
Benar memang menggulingkan dan lihatlah siapa yg menikmatinya?
Ya tetap itu2 saja,
dan bahkan bgitu banyak pejuang independensi yg akhirnya mengorbankan idealismenya karna terjebak dlm sistem,,
lantas untk apa lgi independensi kalo ujung2nya tergabung dlm sistem,
berteriak teriak, menjerit jerit, membakar, membuat keributan
dan akhirnya setelah selesai kuliah ujung ujungnya kejar PNS ataupun wakil rakyat yg ujung2nya utang keliling untk biaya kampanye,,
sama aja sperti maling teriak maling,
entah sampai kapan bangsa ini trus begini,
sulit memang untk menjadi manusia yg lapang dada
tdk menerima kenyataan bahwa kekalahan bukanlah akhir dri segalanya,
jdi gak musti harus mengkritisi trus kesalahan orang,, dan tanpa ia sadari bahwa dirinya jga masih kotor,
teman temanku sahabatku pencinta indonesia,
sadarilah semua
bangsa ini sudah salah arah,
mulai dari anak2 hingga kakek2
anak2 disuguhi dgn ketidak disiplinan waktu dgn menonton acara yg tak hrus mreka lihat
tpi demi menjual produk semua dihalalkan,
film tak berbobot
yg isinya cinta,sakit hati, iri hati,jual body, perebutan harta,
hingga tak ada waktu untk mengerjakan apa yg menjdi tugasnya. apalagi kita?
Anak2 saja sudah begitu,,
cmana bangsa mau maju?
Jgn salahkan anak jgn salahkan jga media,
tpi coba berfikir untk memperbaiki,
bukan harus dgn aksi menjerit2
tpi dgn otak yg diberikan tuhan,
alangkah indahnya jika kita memahami benar arti perjuangan pengorbanan dan akhirnya pengabdian,
berjuang untk sesama dgn mengorbankan waktu tenaga dan uang untk mengabdikan diri pada bangsa dan negara,
bangsa ini butuh pendidikan,
bukan teriakan
bangsa ini butuh pengabdian
bukan bakar bakaran
dan bangsa ini butuh solusi cerdas dgn
perbuatan
bukan dgn tuntutan yg tak ada solusi.
Alangkah indahnya jika kita bersatu dlm satu kesatuan indonesia,
bukan saling menjatuhkan, bubarkan saja semua parpol yg ujung2nya koalisi kemudian sling menjatuhkan.
jadikan saja 1 yaitu indonesia,
hidup indonesia !!
biarkan pahlawan dan bumi indonesia tersenyum dgn bangga tlah melahirkan putra putri yg tidak gila kekuasaan, saling membangun dan bersama sama untk membangun negriku indonesia,,

Minggu, 10 Januari 2010

BEM UNSYIAH sedang di uji

ya... mungkin kata2 itu yang tepat di ucapkan, kunjungan kerja mahasiswa ke negri jiran malaysia apakah hal yang baik atau tidak, saat ini kepemimpinan BEM di unsyiah dihadapkan dalam masalah besar yaitu "ajakan pihak rektorat untuk mengikuti kunjungan kerja ke malaysia"
apakah ini adalah sebuah pembungkaman mulut para aktifis kampus?
atau sebuah hal yang benar2 bermanfaat.
kita sudah bisa menarik kesimpulan saat presma unsyiah an, mujiburrahman pergi ke beijing cina untuk mengikuti agenda serupa, dan ternyata apa yang di dapat?
nihil, ia hanya membuat sebuah paper yang tak pernah di publikasikan ke mahasiswa unsyiah secara umum, nah apakah sekarang pejabat2 fakultas akan melakukan hal yang sama di saat masih banyak mahasiswa yang tidak sanggup membayar spp?
bukankah kita adalah pelayan mahasiswa??
dimanakah independensi mahasiswa sekarang?


Kalau diperhatikan, kunjungan kerja ini sangat kontradiksi dengan apa yang terjadi hari ini, dimana disatu sisi mahasiswa selalu mengritisi tentang kunjuungan kerja yang dilakukan oleh pihak eksekutif maupun legislatif, tapi disisi lain mahasiswa juga dicoba untuk digiring melaksanakan kunjungan kerja ini dengan alasan, “ini merupakan kunjungan kerja dalam bentuk proses pembelajaran dan untuk meningkatkan agreditasi unsyiah yang sekarang mendapatkan anggreditasi C”, hal ini rasanya sama saja dengan perkataan anggota DPRA periode 2004/2009 yang lalu, dengan alasan bahwa kunjungan kerja ke luar negeri adalah untuk kepentingan perumusan dan masukan qanun, tapi kenyataan nya juga nihil hingga uang rakyat tersia-siakan hingga milyaran rupiah, persoalan kemudian bahwa kunjungan kerja ke negeri jiran ini menggunakan anggaran lebih sedikit dari anggaran yang digunakan oleh wakil rakyat periode 2004/2009 adalah bukan menjadi patokan, karena, jika uang rakyat digunakan maka wajib memberi manfaat yang jelas bagi rakyat, jika tidak, maka haram untuk digunakan.
bingung untuk menjawabnya,
apakah kita termasuk orang yang munafik??
atau kita hanya diam dan terus mengikuti kemauan pihak rektorat tanpa mengkaji terlebih dahulu..

apakah baik kita berangkat atau tidak??
jawaban hanya ada di tangan kawan2 semua
kita harus mengkaji terlebih dahulu darimana asal uang tersebut dan apa yang akan kita lakukan di negeri jiran malaysia??
berapa jumlah uang itu dan bagaimana proses pengeluarannya...

ayo kawan,,,,
kita kaji lebih dalam apakah ini bermanfaat atau tidak...

Sabtu, 26 Desember 2009

alhamdulillah pengmasnas kabupaten bener meriah berhasil di laksanakan

syukur dan puji kami panjatkan atas restu allah acara pengabdian masyarakat nasional 2009 kabupaten bener meriah berhasil di laksanakan
kegiatan yang dilakukan yaitu vaksinasi ,pengobatan, dan penyuluhan, di 5 kecamatan yang merupakan kegiatan pengabdian terbesar yang pernah dillakukan FKH Unsyiah.
acara tersebut di buka oleh PR III unsyiah dan di sambut baik dengan wakil bupati bener meriah. dan di tutup oleh bupati bener meriah Ir. Tagore Abu Bakar sembari memberikan ucapan terima kasih kepada unsyiah.
kegiatan tersebut juga di hadiri delegasi fkh seindonesia yang tergabung dalam IMAKAHI untuk yang pertama kalinya mereka hadir di atjeh tercinta ini. semoga kedepannya delegasi ini hadir di sini dan menunjukkan kepedulian antar sesama keluarga besar mahasiswa kedokteran hewan indonesia
harapan pemda setempat semoga kegiatan seperti ini terus di adakan dan PR III unsyiah menyambut baik dan menyatakan akan membantu setiap kegiatan mahasiswa kedokteran hewan unsyiah.
kegiatan ini tak luput pula terselnggara berkat bantuan gubernur aceh drh. Irwandi Yusuf M,sc yang memberikan bantuan moral maupun materil hingga acara ini terselenggara dengan baik...
trimakasih juga kepada panitia , dosen pembimbing, dan segenap komponen mahasiswa yang telah membantu terselenggaranya acara tersebut....

semoga kita bisa membuktikan diri lagi ke kacah nasional bahwa fkh unsyiah bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa indonesia dan mendukung program swasembada daging di indonesia
viva veteriner

ttd. ka BEM FKH UNSYIAH
Ari Ramadhan

Sabtu, 21 November 2009

Berdasarkan penelitian dari Internasional Labour organization (ILO), 19 persen atau 4, 18 Juta anak usia sekolah di Indonesia ternyata putus sekolah dan menjadi pekerja anak, dan lebih dari 350 ribu anak TKI yang ada di Malaysia tidak mendapatkan akses pendidikan karena orang tua mereka tidak memiliki dokumen dan si anak tidak memiliki kewarganegaraan.

Fasilitas pendidikan pun telah banyak yang rusak, sebagai catatan di Tanggerang 45 persen dari 378 sekolah mengalami kerusakan, di Madiun Jawa Timur dari 475 bangun sekolah yang ada, 121 mengalami kerusakan.

Tidak hanya di daerah, kerusakan sekolah pun terjadi di Jakarta. Ada sekitar 413 sekolah yang rusak, merata di semua wilayah DKI Jakarta. Bila ditotal jumlah sekolah yang rusak se-Indonesia ada sekitar 20.500, dari tingkat SD hingga SMA. Dari semua kerusakan tersebut, pemerintah hanya bisa memperbaiki sebagaian karena keterbatasan dana.

Pendidikan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah sebagaimana di amanahkan oleh UUD 1945 sangat jauh dari ideal. Anggaran Pendidikan yang diamanahkan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD baru dapat direalisasikan pada tahun 2008 dan itu pun dengan aturan sebagaimana diputuskan oleh MK bahwa gaji guru termasuk dalam anggaran tersebut.

Hal yang sangat aneh, anggaran 20 persen bisa habis hanya untuk menggaji guru. Sebagian kecil saja yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pendidikan Indonesia.

Tidak hanya itu saja, diskriminasi pendidikan pun masih ada, dimana dengan standardisasi sekolah nasional maupun internasional, membuat perbedaan yang sangat besar antar sekolah yang ada, sekolah-sekolah berstandar mendapat bantuan pemerintah lebih besar daripada sekolah yang tidak berstandar.

Sebagai contoh bantuan pemerintah kepada Sekolah Dasar Berstandar Internasional (SDBI) yang mendapat bantuan kepada rintisan SDBI sebesar Rp 500 juta pada tahun pertama, Rp 300 juta pada tahun kedua dan Rp 200 juta pada tahun ketiga. SDBI diharapkan nantinya dimiliki masing-masing kota dan kabupaten minimal satu SD.

Selama masa kampanye Pemilu pun, tidak banyak partai politik yang berbicara tentang konsep-konsep dan kebijakan pendidikan yang akan mereka lakukan apabila nanti mereka memenangkan pemilu.

Para elite politik lebih sibuk mengurus bagaimana cara bisa menjadi RI – 1 daripada mengurus anak bangsa yang tidak dapat bersekolah, tidak dapat menikmati pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi, ataupun bersekolah dengan nyaman tidak takut gedung sekolahnya roboh ketika mereka belajar.

Seandainya biaya-biaya kampanye para elite politik itu dikumpulkan - tidak perlu semua, hanya 50 persen dana kampanye mereka - untuk pendidikan, maka berapa juta anak-anak bangsa dapat bersekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Tetapi kenyataannya tidak, yang lebih peduli dengan anak bangsa malahan negara tetangga (Singapura) yang menyediakan dana miliaran dolar untuk memberikan beasiswa kepada anak bangsa yang memiliki kecerdasan lebih.

Kita tidak tahu bagaimana jadinya bangsa ini ketika para elite tidak peduli dengan pendidikan anak bangsa.

Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai organisasi yang konsen akan nasib pelajar dan pendidikan, dengan ini menyatakan sikap:

1. Cabut Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (BHP)
2. Tolak Ujian Nasional (UN), berikan hak penilaian hasil belajar kepada guru yang mendidik pelajar.
3. realisasikan anggaran pendidikan 20 persen di luar gaji guru.
4. Sekolah Gratis sampai Perguruan Tinggi.
5. Tolak diskriminasi pendidikan
6. Tolak Calon Presiden yang tidak peduli pada Pendidikan.

Hari-hari esok adalah milik pelajar. Pelajar bersatu memperjuangkan hak-haknya.

Lawan kapitalisme dan liberalisme pendidikan.
entah sperti apa nantinya kita semua
entah bagaimana pula nantinya perjuangan ini ke depannya
semua hanyalah tinggal hayalan
berikut kutipan nya

oleh: Mutiara Ika Pratiwi

SUMPAH PEMUDA pada 28 Oktober, 81 tahun silam merupakan rekam sejarah kemajuan berpikir para pemuda Indonesia untuk BERSATU, saat itu, untuk merapatkan barisan menggalang kekuatan melawan penjajahan Hindia Belanda. Dapat dikatakan, Sumpah Pemuda merupakan momentum kebangkitan nasional menuju kemerdekaan Indonesia. Ironisnya, setelah sekian lama Indonesia mengikrarkan kemerdekaan pada Agustus 1945, secara de facto belenggu penjajahan belum lepas mencekik leher bangsa ini.

Dewasa ini, privatisasi pendidikan merupakan obat mujarab untuk mencocok hidung para pemuda Indonesia, menyempitkan pengetahuannya, mengembalikannya ke ranah pendidikan yang sempit dan picik. Sehingga tanpa mereka sadari, mereka telah jauh dari hakikat pendidikan itu sendiri: hanya tahu bagaimana cara untuk mendapat IP/nilai yang bagus, cepat lulus, mencari janji-janji kerja yang menghasilkan banyak uang dan (akhirnya) teralienasi dari kehidupan sosial, tanpa pernah mengerti kenapa pendidikan yang berkualitas menjadi mahal/eksklusif bagi masyarakat, kemana arah pendidikan kita dan kemana arah pembangunan negeri ini: memiskinkan atau memanusiakan.

Proses menjadikan institusi pendidikan sebagai milik perseorangan/golongan sehingga pendidikan tersebut menjadi eksklusif di masyarakat (Privatisasi Pendidikan) telah lama ada di Indonesia. Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung privatisasi pendidikan diantaranya:

- UU BHP, yang disahkan oleh DPR RI pada akhir 2008. Mungkin UU BHP ini memudahkan persoalan birokrasi dalam dunia pendidikan, institusi pendidikan mempunyai otonomi sendiri untuk mengurus kampus. Tapi seperti kata pribahasa, keluar dari mulut macan malah masuk ke mulut buaya. UU tersebut justru menghantarkan institusi pendidikan ke dalam jurang liberalisasi modal. Pasal 41 UU BHP mensiratkan bahwa pemerintah mulai melepaskan tanggung jawab pendanaan dunia pendidikan, menjadikan insitusi pendidikan layaknya perusahaan yang mengabdikan dirinya pada kepentingan korporasi yang orientasinya: Akumulasi Kapital. Maka jangan heran, ketika biaya pendidikan semakin hari semakin mahal, pembangunan fasilitas kampus tidak ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan (dalam pengertian yang sejati) peserta didik, akan tetapi lebih besar untuk mendatangkan keuntungan bagi kampus, dan dunia industry kapitalis. Pendidikan yang mahal, pada akhirnya menjadi lingkaran paradoks: calon mahasiswa akan mencari jurusan yang mudah mendapatkan kerja, dan para sarjana akan berpikir untuk mengembalikan utang mereka selama masa perkuliahan, dan akhirnya masyarakat juga menjadi akibatnya, seperti contoh para dokter-dokter orientasinya bekerja di rumah sakit swasta yang mahal, lalu semakin sedikit Dokter yang bersedia untuk diterjunkan ke daerah-daerah pedalaman. Privatisasi pendidkan juga mengakibatkan fakultas/jurusan yang tak kalah pentingnya dihapuskan karena sedikit peminatnya, misalnya, di Universitas Nasional Singapore sudah tak ada lagi jurusan sosiologi ataupun Filsafat karena dianggap tak menjanjikan untuk mengganti biaya pendidikannya yang mahal. Dan pendidikan di negeri ini tengah mengarah menuju kondisi yang serupa.

- Penerapan absensi 75%, sistem DO, pembatasan waktu aktivitas mahasiswa dan berdemokrasi di kampus. Secara historis, kemunculan kebijakan ini bersumber pada kebijakan NKK/BKK yang diterapkan tahun 1978 melalui Mentri Pendidikan Daoed Joesoef. Kebijakan ini ditujukan untuk mengembalikan aktivitas mahasiswa ke dalam kampus dan menjauhkannya dari kehidupan politik praktis. Alhasil, kebijakan ini berhasil mengkondisikan mahasiswa untuk kembali pada studi (back to campus), tanpa harus menaruh perhatian terhadap persoalan-persoalan politik kampus atau nasional sumber dari privatisasi pendidikan.

- Kurikulum pendidikan link and match. Penerapan kurikulum seperti ini ditujukan agar peserta didik (hanya) mampu memiliki keahlian yang dituntut oleh dunia kerja. Kurikulum ini sudah pasti mendorong mereka untuk semakin berfikir pragmatis dan menghilangkan pemahaman komprehensif mengenai situasi sosial yang terjadi di masyarakat.

Badai privatisasi pendidikan ini menghancurkan kesadaran kritis dan politis para peserta didik, mengecilkan semangat untuk berdiskusi, beraktivitas dan berorganisasi. Sehingga, di dalam situasi ekonomi politik Indonesia yang masih mengabdi kepada neoliberal, para pengenyam pendidikan ini nantinya hanya akan menjadi “bahan bakar” atau tenaga-tenaga kerja murah bagi akumulasi modal para kapitalis lokal atau internasional. Ironis!
Beberapa kebijakan yang mendukung privatisasi pendidikan tersebut dengan mudahnya masuk ke Indonesia, dilegalisasi oleh aparatur pemerintahan kita. Kabinet baru yang dipimpin oleh SBY-Boediono pun hanya akan me”LANJUTKAN” nasib pendidikan saat ini menjadi lebih buruk. Kenapa seperti itu? Karena, susunan pemerintahan (eksekutif, legislative maupun yudikatif) saat ini masih didominasi oleh unsur ataupun partai politik yang dalam sejarah telah terbukti betapa besar pengabdiannya kepada neoliberal/perdagangan bebas: Agen Imperialis.

Program-program populis pemerintahan sebelumnya seperti, BOS, BLT, PNPM, P2KP hanyalah program yang ditujukan untuk meredam gejolak rakyat, yang sama sekali tidak menyentuh akar persoalan kemiskinan dan pendidikan mahal di negeri ini. Dan sama sekali bukan jawaban untuk membangun fondasi mendasar kemandirian rakyat miskin. Hugo Chavez pernah menyampaikan:“Berikanlah KEKUASAAN kepada orang miskin: pengetahuan, tanah, kredit, teknologi, dan organisasi. Itulah satu-satunya cara mengakhiri kemiskinan”

Pemerintah justru menjadikan utang sebagai jalan satu-satunya sekarang dan mendatang. Dalam 4 tahun terakhir, pemerintahan Indonesia menambah utangnya dari 1.275 trilyun menjadi 1.667 trilyun (sumber: Perkembangan utang pemerintah 2001-2009). Itu berarti, utang bertambah 392 triliun dalam kurun waktu kurang 5 tahun. Padahal utang adalah pintu masuk bagi ADB, World Bank atau lembaga kapitalis lainnya untuk melancarkan program privatisasi industri ataupun pendidikan di Indonesia.

Melihat masa depan suram di atas, lalu apakah kita akan berpangku tangan dan menunggu waktu?

Melihat kondisi objektif para peserta didik yang mempunyai akses besar terhadap ilmu pengetahuan, tentu saja jawabannya: TIDAK!! Kebutuhan gerakan rakyat saat ini adalah memunculkan ekspresi-ekspresi politik massa rakyat (pelajar, mahasiswa, PKL, Buruh Pabrik, dll) yang resah akan pendidikan yang mahal/eksklusif, upah rendah, dll.

Badai privatisasi pendidikan dan kebijakan neolib lainnya hanya bisa dilawan oleh kekuatan massa rakyat yang bersatu, sadar akan akar persoalan sebenarnya, dan tidak terjebak dalam jalan keluar yang reformis. Oleh karena itu, segera:

1. Organisasikan dirimu dan lancarkan Propaganda Organisasi adalah alat untuk berjuang. Oleh karena itu, ia harus mempunyai arah program dan strategi yang jelas. Bagaimana membangun kesadaran massa yang masih reformis menuju kesadaran politis untuk lepas dari ketidaksejahteraannya. Selain itu, ia harus selalu berada di tengah-tengah massa untuk melancarkan propaganda/ penjelasan kepada massa luas.

2. Bangun Persatuan Sektor dan Multi Sektor Tidak akan ada perubahan tanpa persatuan. Persatuan itu sendiri akan lebih mudah diciptakan dimulai dari elemen-elemen massa rakyat yang berlawan. Sehingga persatuan tidak terbatas pada satu sektor/elemen saja. Persatuan yang dibangun juga harus mempunyai karakter kemandirian, mempunyai garis demarkasi yang tegas dengan elit-elit politik busuk agen neoliberal. Dengan begitu, Persatuan rakyat miskin akan menjadi embrio bagi pembentukan Pemerintahan Rakyat.

bagaimana ingin melakukan ini jikalau tidak adanya lagi kaderisasi yang baik dan minat anak muda bangsa untuk berfikir lebih kritis>>??
knapa mahasiswa skarang takut akan nilai??
apakah kita sudah di perbudak nilai
inilah nasib bangsa yang terus terpuruk....